Mengenal Katarsis & Self-Reward
Katarsis & Self-Reward
By: Anwar Luthfi
Haii Sahabat..... Bagaimana kabar kalian semua? Semoga semuanya tetap semangat dan juga happy untuk hari ini dan juga hari-hari esok yang akan datang ya...😊
Bagi para pelajar, semuanya tetap semangat ya. Walau di masa pandemi saat ini terjadi banyak perubahan dan juga tantangan, saya berharap kalian semua tetap produktif, jalani hari-hari dengan senyuman dan tawa.
Kali ini, kita akan membahas dan mengupas secara singkat tentang katarsis dan juga self-reward. Pastinya kedua kata itu sudah tidak terlalu asing kita dengar, kedua kata tersebut ibarat dua hal yang beriringan yang melekat erat dalam kehidupan manusia. Selama ini, mungkin sering tidak kita sadari bahwa selama hidup, kita telah melakukan katarsis ataupun self-reward, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Dalam kehidupan, kita pasti pernah marah, sedih, takut, kecewa, ataupun lelah, terutama saat mengalami permasalahan, baik masalah pribadi, belajar, sosial (pertemanan), dan juga karier. Hal itu kan normal??? Benar hal itu memang normal, tetapi emosi tersebut sebaiknya disalurkan agar tidak menumpuk dalam batin, biasanya kita sering meluapkannya dalam berbagai macam bentuk bukan?. Nahhh hal tersebut berhubungan loh dengan katarsis dan juga self-rewad.
Yuk kita simak bersama penjelasan di bawah ini, agar memahami benarkah selama ini yang kita lakukan dalam meluapkan emosi......
Apa itu katarsis dan contohnya seperti apa?
Katarsis merupakan suatu istilah yang mengacu pada pelampiasan emosi, atau membawa keluar dari keadaan seseorang yang tidak diharapkan. Menurut Morgan, katarsis merupakan istilah yang mengacu pada penyaluran emosi. Katarsis sendiri terdiri dari 2 bentuk, yaitu katarsis positif dan juga negatif.
Katarsis positif merupakan pengalihan emosi dengan perilaku yang dimunculkan yang dapat diterima secara sosial, seperti bercerita/curhat kepada orang yang dipercaya, menulis, berolahraga, bernyanyi, beristirahat, traveling bersama teman-teman, dimana hal tersebut dilakukan untuk mengurangi rasa emosi dalam suatu masalah yang dihadapi.
Sedangkan katarsis negatif merupakan luapan emosi yang ditunjukkan dengan pelampiasan marah yang meledak-ledak, seperti mencaci orang, merusak/memukul benda, berteriak dan mengeluarkan kata-kata yang kurang baik (Husnaini, 2019).
Katarsis sendiri dilakukan untuk mengurangi perasaan emosi dalam menghadapi suatu masalah, atau menghindarkan sementara untuk mengembalikan semangat dan senyuman dalam upaya menyelesaikan suatu tugas.
Selama ini, manakah yang kita lakukan, katarsis positif ataukah katarsis negatif?
Lalu apa itu self-reward dan apa hubungannya dengan katarsis?
Self-reward merupakan cara yang kita lakukan untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri atas pencapaian atau perjuangan yang telah dilakukan. Kita sering sekali memuji orang, namun kita lupa bahwa selama ini kita sangat jarang memuji diri kita sendiri, kita jarang memberikan hadiah untuk diri sendiri walaupun hanya sebatas dengan beristirahat atau menonton TV. Padahal memberikan penghargaan kepada diri sendiri itu dampaknya sangat baik lohh untuk psikologis kita.
Lalu apa alasan kita untuk melakukan self-reward?
- Sebagai bentuk penghargaan dan hadiah atas perjuangan dan kerja keras kita
- Bentuk mencintai dan menyayangi diri sendiri
- Membangkitkan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi
- Melepaskan penat dan stress
- Menjadikan diri kuat mental dan juga memiliki psikis yang sehat
Nah, itu tadi penjelasan terkait katarsis dan juga self-reward, apakah kalian menemukan hubungannya? Yaa benar sekali, menurut kak Anwar pribadi, hubungan antara katarsis dan self-reward adalah sama-sama suatu pelampiasan emosi yang dilakukan untuk membangkitkan semangat, mengurangi stress/kejenuhan, dan juga memperbaiki psikologis diri. Hal yang dilakukan, juga hampir mirip antara keduanya, yang intinya sama-sama melakukan hal yang disenangi untuk melepas penat dan stress.
Di antara keduanya pasti juga memiliki perbedaan, yaitu untuk katarsis dilakukan saat kita mengerjakan sesuatu atau menghadapi suatu masalah yang dirasa cukup berat untuk kita hadapi, sehingga kita memerlukan waktu di sela-sela tugas/masalah tersebut untuk menjernihkan pikiran, baik dengan berteriak, melakukan hobi, traveling, bermain bersama teman, dll, lalu melanjutkan/menyelesaikan apa-apa yang belum kita selesaikan tersebut. Namun, untuk self-reward sendiri merupakan bentuk penghargaan yang kita lakukan untuk diri sendiri selepas bekerja keras atau berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu tugas ataupun suatu masalah. Sudah sangat nampak bukan, perbedaan dari keduanya, hanya berada pada waktu dan penempatannya saja.
Kalian, boleh banget loh berteriak di tempat yang memang bisa untuk berteriak, menulis, keluar bersama teman (traveling), dll saat menghadapi banyak tugas dari sekolah atau menghadapi suatu masalah yang cukup berat untuk diselesaikan, kalian perlu meluangkan waktu walau sedikit untuk membangkitkan semangat dalam menyelesaikannya. Saat telah menyelesaikannya, kalian perlu untuk menghargai diri kalian sendiri, sesekali setelah selesai menyelesaikan sesuatu, pujilah diri sendiri "aku hebat, aku keren, aku terbaik" lalu ajaklah diri kalian untuk bersenang-senang, tetapi dalam ranah yang positif ya. Self-reward disini tidak hanya kalian lakukan saat mendapatkan hasil yang maksimal, tetapi dapat juga dilakukan saat telah menyelesaikan sesuatu dengan perjuangan yang keras, walaupun hasil yang didapat belum maksimal. Hal tersebut sebagai bentuk penghargaan atas usaha kalian selama ini dan untuk memperbaiki kekurangan ke depannya.
Dari yang telah disampaikan di atas, adalah salah satu langkah dalam kita menyelesaikan suatu tugas ataupun masalah. Katarsis dan juga self-reward sangat perlu kita lakukan dalam kehidupan. Saat ini, cukup banyak pelajar yang stress, bingung, bahkan hendak bunuh diri karena banyaknya pikiran atau suatu masalah yang dihadapi, terlebih saat pandemi ini.
Yuk, kita lakukan katarsis yang positive dan juga self-reward saat menghadapi suatu tigas yang banyak dan juga masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, apabila terdapat kesalahan atau perbedaan perspektif dari kalian, Kak Anwar mohon koreksinya dan bisa kalian tuliskan di kolom komentar ya, disini kita saling belajar dan sharing serta berbagi ilmu untuk menambahkan wawasan diri, terimakasih dan tetap semangat😉
Sumber Rujukan:
Husnaini, R. (2019). Hadis Mengendalikan Amarah Dalam Perspektif Psikologi. Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis, 4(1).
Komentar
Posting Komentar